Oleh: Ustadz Muthahhir Arif, Lc., M.Pd

Jika penduduk Indonesia itu lebih dari 200jt jiwa, ternyata generasi millenial anak-anak sampai usia remaja itu mencapai 66,3 jt jiwa, artinya anak-anak yang merupakan tanggung jawab kita itu sangat besar. Karena yang lahir di Indonesia setiap tahun 4,8 jt jiwa. Kita bahagia bahwa anak-anak itu merupakan karunia Allah subhaanu wata’aala dalam waktu yang sama kita juga prihatin dan miris ketika menurut data bahwa dari jumlah tersebut terdapat lebih dari 4 jt yang masuk dalam kategori yang bermasalah. 4,6 jt jiwa itu hampir setara dengan penduduk Singapore.

Dampaknya bisa kita saksikan, anak-anak yang putus sekolah, yang terlibat kriminalitas, yang terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba dan seterusnya. Belum lagi dampak negative dari gadget yang jumlahnya setiap hari terus bertambah. Karena dari generasi millenial yang menggunakan gadget juga terus meningkatkan grafik yg sangat signifikan dan itu banyak dari anak-anak yang berusian balita. Belum lagi angka yg sangat mencengangkan di sektor lalu lintas bahwa terdapat 170.000 kasus kecelakaan lalu lintas dan menurut data terdapat 30.000 yang meninggal. 33% dari jumlah itu adalah anak-anak usia produktif. Ini sengaja kami angkat agar dapat menjadi perhatian kita semua.

Sejak 2016 saya mendapat tugas untuk berdakwah di Amerika Serikat berawal dari undangan Imam Syamsyi Ali untuk menghadiri suatu kegiatan pawai umat islam sedunia yang setiap tahun diadakan di jantung kota New York. Setelah itu saya tertarik untuk mengikuti kiprah dakwah beliau di Amerika dan berkesempatan untuk berkunjung ke beberapa komunitas muslim di sana. Ternyata saya menemukan fakta bahwa beberapa saudara-saudara kita disana itu memberikan perhatian pendidikan kepada putra-putri mereka bagaimana agar cinta Qur’an, memiliki akhlak islam, dan bahka tidak jarang ada yang menjadi hafiz dan hafizah.

Salah satu kisahnya adalah sebut saja ananda Ifdal Yusuf di kota Dallas, Texas. Lahir di Jakarta 23 tahun yang lalu. Orang tuanya memiliki kepedulian yang besar untuk menjadikan anaknya penghapal Qur’an. Dengan izin Allah, Ifdal belajar tahzin mengikuti kegiatan tahfizh sampai menghapal Al-Quran 30 juz. 13 tahun terakhir sudah menjadi imam sholat dan beberapa bulan yang lalu alhamdulilah sudah menikah. Sahabat saya Ir. Irwan Tantu mendidik putra/i nya luar biasa ternyata beliau membangunkan anak setiap subuh sejak anak itu bayi, ternyata teorinya adalah mengingatkan anak untuk sholat subuh itu justru sebelum anak bisa bicara sehingga dia tumbuh alam bawah sadarnya bahwa setiap pagi itu harus sholat bukan di ingatkan untuk sekolah dan olah raga yang ada free atau liburnya. Apa yang terjadi subhanallah anak-anaknya menjadi anak yang ahli ibadah, aktif berjamaah di masjid, mempunyai kemampuan tahsin Al-Qur’an  yang baik, dan menghafal Al-Qur’an.

Terakhir putra pertama beliau Raqi menjadi angkatan laut Amerika, ada ananda Calvin di Humble, Houston, Texas, sahabat saya pak Ari Sunandar tidak memberikan gadget kepada putranya kecuali sehari dalam sepekan. Ternyata anak itu tetap enjoy dan berprestasi di sekolah itu karna ada konsep delaying of gratifications (menunda kesenangan), sehingga anak mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk belajar lebih baik dan tentunya membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan baik. Pada puncaknya beberapa waktu lalu Imam Syamsi Ali membuka pesantren pertama di Amerika namanya pesantren Nur Inka Pesantren Nusantara Madani. Alhamdulillah mendapatkan banyak perhatian dari banyak pihak lalu sayapun kemudian bergabung.

Salah satu program yang kita terapkan pada Summer Al-Qur’an Camp yang lalu itu adalah menghafal Al-Qur’an dalam sebulan. Diluar dugaan, ada anak yang tidak tau huruf hijaiyyah dan adzan dalam sebulan bisa mengaji dengan baik dan lancar. Ada sebagian peserta yang bisa menghafal hingga 6 sampai 7 juz alhamdulillah.semoga bisa menginspirasi kita semua.

Anak adalah amanah, tidak semua pasangan dikaruniai anak maka bersyuklah bagi kita setiap orang tua yang dianugerahi oleh Allah SWT anak selain sebagai karunia juga merupakan amanah. Allah SWT sang pemberi amanah dan kita sebagai penerima amanah, amanah wajib kita jaga sesuai dengan harapan, kehendak sang pemberi amanah Allah SWT. Kita yakin suatu saat Allah akan bertanya kepada kita “bagaimna dengan titipanku?”

“bagaimna dengan amanah yang kutitipkan kepadamu?”

“sudakah kamu bimbing dengan baik dan maksimal atau tidak?”

Kita tidak bisa semata-mata hanya mengatakan bahwa “terserah saya, ini kan anak saya”, karena dari awal kita sudah yakin dan menerima bahwa ini adalah amanah dari Allah SWT. Anak merupakan jalan bagi orang tua ke syurga ketika anak dididik dengan bingkai ketaatan terhadap Allah melalui petunjuk Rasulullah SAW sehingga anak tumbuh dalam ketaatan serta senantiasa berada di jalan yang Allah ridhoi, tpi jika kita lalai anak bisa menjadi jalan orang tua ke neraka ketika anak jauh dari agama dan petunjuk Allah SWT. Mari kita kuatkan keyakinan bahwa Allah SWT menitipkan amanah dan kita benar-benar akan membina dan mengarahlan anak yang Allah titipkan menjadi generasi yang taat kepada Allah SWT, cinta terhadap Rasulullah SAW, dan cinta terhadap agama yang milia ini.

Tiga bulan yang lalu Imam Syamsi Ali jauh-jauh dari Amerika Serikat mengirim putra beliau yang bernama Habib Syakil Ali untuk menghafal Al-Qur’an di Indonesia. Mengikuti program hafal Qur’an sebulan di Karantina Tahfizh Nasional Darul Istiqamah, dengan izin Allah SWT dapat menyelesaikan dengan baik, dan mampu menghatamkan Al-Qur’an 30 juz dalam waktu yang relatif singkat, semoga menjadi inspirasi dan dorongan tersendiri bagi anak-anak kita para generasi harapan agama, bangsa dan keluarga. Anak hafizh/hafizhah adalah dambaan orang tua, karna para penghafal Al-Qur’an itu identik dengan kesholehan.

Betapa tidak, anak yang setiap hari mengaji, mengulangi hafalan, tidak ada waktu yang terbuang sia-sia tanpa mengurangi haknya itu sendiri untuk bermain, belajar dan berinteraksi, namun membaca Al-Qur’an menjadi kesenangan tersendiri. Jika anak kita hafizh maka itu pertanda bahwa anak kita cerdas, mampu menjadi bintang kelas, kemampuan intelektualnya cukup tinggi karena sudah terlatih menghafal begitu banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an. Anak penghafal Al-Qur’an in syaa Allah rajin ibadah, bahkan kadang membuat kita tercengang karena anak tidak perlu dibangunkan untuk sholat subuh bahkan untuk sholat tahajjud sekalipun. Intinya bagi orang tua, memiliki anak yang hafal Al-Qur’an adalah gambaran keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk kepada anak-anak kita.

Apasih keutamaannya menjadi Hafizh/Hafizhah?

  1. Akan menambah pahala orang tua

Setiap kali anak membaca Al-Qur’an maka pahalanya juga akan mengalir ke orang tuanya, karena anak yang sholeh adalah hasil didikan orang tua

  1. Penghafal Al-Qur’an adalah keluarga Allah SWT

Sabda Rasulullah “sesungguhnya Allah itu memiliki keluarga di antara manusia”. Para sahabat bertanya “siapa itu keluarga Allah yaa Rasulullah?”, beliau menjawab “ahli Al-Qur’an, orang yang menghafal Al-Qur’an, menguasai Al-Qur’an, mencintai Al-Qur’an, senantiasa bersama Al-Qur’an. Mereka lah keluarga Allah dan orang-orang yang diistimewakan”. Bayangkan jika anak kita menjadi keluarga Allah, maka urusannya akan dimudahkan oleh Allah, dilindungi oleh Allah, doanya senantiasa dikabulkan oleh Allah dan mimpinya in syaa Allah akan terwujud. Jika kelak menjadi dokter maka akan menjadi dokter yang hafizh, jika menjadi arsitek maka arsitek yang hafizh, jika menjadi pengusaha maka pengusaha yang hafizh dan in syaa Allah akan senantiasa diberkahi oleh Allah apapun profesinya.

  1. Anak yang Hafizh/Hafizhah in syaa Allah akan berbakti kepada orang tuanya, mampu memberikan ketenangan terhadap hati orang tuanya, senantiasa dalam bimbingan Allah SWT,
  2. Penghafal Al-Qur’an akan dibimbing oleh Allah, diakhiri hidupnya akan khusnul khotimah, kuburannya akan disinari cahaya, di akhirat akan memberikan syafaat kepada puluhan keluarganya, anak akan memberikan persembahan yang sangat istimewa berupa mahkota dari cahaya untuk Ayah/Ibunya, kemuliaan tertinggi di syurga nanti.

Ayah/Bunda izinkan saya berbagi pengalaman mendidik keluarga.

Alhamdulillah saya di karuniai 8 putra/i, semua menghafal Al-Qur’an, 6 diataranya dengan izin Allah sudah menyelesaikan 30 juz, tentu menjadi tanggung jawab saya memberi contoh demikian juga istri saya yang menghafal Al-Qur’an untuk terus memotivasi, memantau murojaah menjadi bagian dari hidup yang kami terapkan adalah anak-anak kami tidak ada yang pegang gadget, apalagi diusia sekolah, mereka pegang gadget ketika sudah menikah. Alhamdulillah 5 putra/i kami sudah menikah dan memiliki keturuan. Saya mendapati ketika Al-Qur’an senantiasa dihadirkan sebagai hidangan yang istimewa, diiringi keteladanan dari orang tua maka anak bisa mencontoh sholat on time, karakter kedisiplinan nampak serta melatih menjadi imam. Berkat cahaya Al-Qur’an, adab dan etika itu dihiasi akhlak sehari-hari dan anak saya alhamdulillah tidak ada yang pacaran, walau yang paling sulung usianya 25 tahun, tapi 4 dari adik-adiknya semua sudah berkeluarga.

Peran orang tua mendidik anak menjadi hafizh/hafizhah

Kita semua meyakini bahwa keluarga khususnya orang tua sangat berperang penting mengantarkan anak sesuai dengan apa yang diinginkannya, kalau pralahie memilih pasangan merupakan salah satu faktor penting jika kita mendambakan anak yang sholeh/sholehah maka mudah-mudahan calon pendamping kita adalah sosok yang in syaa Allah kelak akan menjadi orang tua yang bijak dan mampu menjadi panutan, tentu ada doa bagaimana agar anak yang lahir nantinya menjadi anak seperti yang diinginkan oleh Allah SWT serta diharapkan oleh agama kita yang mulia ini.

Kalau sudah menikaH adalah fase yang memungkinkan bagi kita melakukan rangsangan anak kita cinta terhadap Al-Qur’an yaitu saat berada didalam kandungan. Ustad Adi Hidayat juga telah memberikan metode kepada kita bagaimana memutarkan satu bulan satu juz setiap masa perkembangan anak mulai dari kandungan hIngga lahir. Jadi kalau dalam satu bulan itu anak mendengarkan 1 juz yang diulang-ulangi selama 30 hari, maka anak itu akan sangat mudah untuk menghafalkan Al-Qur’an 30 juz, karena anak itu berada pada masa golden age (usia emas). Bagaimana jika sudah besar seperti SD, SMP, SMA dan seterusnya? Tentu sangat di pengaruhi oleh lingkungan , bagaimana kita menciptakan lingkungan anak yang sangat kondusif sehingga memungkinkan untuk anak termotivasi untuk menghafal Al-Qur’an, mungkin juga bisa dengan memberikan reward  yang sesuai dengan fase usia yang mereka jalani.

  1. Berdoalah kepada Allah agar dikaruniai anak yang hafizh/hafizhah, apalagi pada waktu-waktu mustajab dan ditempat-tempat yang makbul
  2. Senantiasa belajar, mintalah nasehat bagaimana agar komitmen itu senantiasa terjaga untuk membimbing putra/i kita menjadi hafizh/hafizhah
  3. Jika ingin anak kita cinta dan hafal Al-Qur’an maka hendaklah orang tua dalam pandangan anak menjadi sosok yang mencontohkan kecintaan terhadap Al-Qur’an, harus rajin membaca Al-Qur’an, senantiasa meluangkan waktu ditengah kesibukan untuk tetap senantiasa membaca Al-Qur’an. Gunakan metode mutakhir, sekarang berbagai macam konsep telah berkembang untuk  menjadikan anak kita bisa dengan mudah menghafal Al-Qur’an. Di Karantina Tahfizh Nasional contohnya kami menggunakan metode Yadain yang foundernya adalah ustad Yadi Iriadi. Ternyata menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan mushaf terjemah perkata itu sangat memudahkan bagi siapa saja yang ingin menghafal Al-Qur’an dan kekuatan memorinya juga teruji

Kita juga perlu memastikan bahwa lingkungan anak kita kondusif untuk bisa mengafal Al-Qur’an, baik suasana di rumah, jadwal kegiatan anak kita, sikap kita terhadap penggunaan gadget agar waktu anak tidak habis dengan hanya bermain hp, merancang waktu dan tempat agar anak tetap bisa memperoleh hiburan dan waktu menghafal juga tetap terpenuhi, melatih anak untuk menunda kesenangan untuk tujuan menghafal Al-Qur’an, serta mengantisipasi gazulfiker (infasi pemikiran) bahwa memang ada banyak hal yang di arahkan terhadap generasi ini agar mereka jauh dari agama sehingga kenyataan banyak diantara anak-anak yang cenderung terhadap materialisme, kunsumerisme, hedonisme, dll yang semua dapat menjauhkan anak dari cita-cita mulia yaitu menghafal Al-Qur’an.

Saran Agar Anak Hafal Qur’an

  1. Memasukkan anak ke pesantren/ pondok tahfizh agar anak termotivasi menghafal karena berada dilingkungan yang orang-orang serta teman-temannya semangat menghafal Al-Qur’an
  2. Mengikuti kegiatan hafal Qur’an intensif, contohnya hafal Qur’an dalam waktu satu bulan

5 tahun terakhir ini alhamdulillah kami telah merintis dan menjalankan program Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional, dengan izin Allah sdah ada hampir 100 cabang yang tersebar di seluruh Indonesi dan Malaysia. Tidak kurang dari 11.500 orang yang sudah di wisudah, dan sekitar 70-80% dari wisudawan yang sudah menghatamkan Al-Qur’an 30 juz

  1. Pendidikan Al-Qur’an after school, jadi sepulang sekolah anak-anak dimasukkan ke halaqah tahfizh yang ada di masjid terdekat
  2. Kegiatan mandiri yang dibina secara langsung oleh orang tua
  3. Privat, mendatangkan ustadz/ustadzah ke rumah untuk membimbing anak untuk menghafal Al-Qur’an

Penguatan

Berniat saja untuk mengantarkan anak kita menjadi hafizh/hafizhah itu sudah di pahalai oleh Allah SWT, apalagi diiringi dengan usaha dan ikhtiar, perbanyak doa dan setelah semua itu kita bertawakkal kepada Allah serahkan sepenuhnya kepada Allah. Sebagai orang tua kita juga perlu memahami bahwa kemampuan anak berbeda-beda maka metode yang kita terapkan ke anak juga harus sesuia dengan pola belajarnya, ada anak yang audio, visual ada pula yang kinestetik. Kita juga perlu mencermati kira-kira anak kita cocoknya dengan mushaf yang seperti apa, metode yang bagaimana, pendekatan guru dan muhaffizh seperti apa yang cocok dengan anak kita. Kita pun harus senantiasa memotivasi anak agar senantiasa mencintai Al-Qur’an, dan bangga sebagai generasi Al-Qur’an, berdoalah agar Allah menguatkan jiwa kita, mengikhlaskan jiwa kita serta memberikan kemudahal kepada kita dalam membimbing anak kita untuk menjadi penghafal Al-Qur’an , keluarga Allah SWT yang dengannya kita mendapatkan cahaya kemuliaan yang hakiki di dunia yang fana ini hingga di akhirat yang kekal abadi.

Mudah-mudahan dengan Al-Qur’an mampu menjadikan semua urusan kita jadi berkah dan in syaa Allah semoga di akhirat kelak kita bisa mendapatkan keistimewaan berupa mahkota dari cahaya dan setiap orang akan didudukkan pada satu tempat dan dikatakan “bacalah dan naiklah, sesungguhnya tempatmu di syurga ini sesuai dengan ayat terakhir yang kamu baca, semakin banyak ayat yang kita hafal, semakin banyak surah yang kita kuasai berarti kita akan berada di posisi/ level kemuliaan syurga yang juga lebih baik:

Hadanallahu waiyyakum ajemain. Terima kasih atas ketawaduan, perhatian, dan kesungguhan bapak/ibu sekalian, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dari saya, apa yang benar datangnya dari Allah, yang kurang datangnya dari kelemahan saya pribadi

Wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh